Search Google

Friday 24 June 2016

Jadilah Semakin Pintar dengan Internet



Internet harus membuat kita semakin pintar.

Pintar yang dimaksud tidak berhubungan dengan Intelligence Quotient (IQ), tetapi lebih ke sikap kritis dan mungkin skeptis. Kita sudah mengetahui bahwa sebagian konten Internet itu negatif. Konten negatif yang sering dipermasalahkan adalah konten pornografi. Akan tetapi, terdapat konten negatif lainnya yang dampaknya juga buruk, yaitu konten yang membodohkan, antara lain konten yang provokatif dan menghasut atau mengandung unsur penipuan.

Internet hanyalah salah satu media informasi. Konten yang membodohkan bukan hal baru. Di media cetak seperti majalah, koran, buku, atau selebaran, konten seperti itu sudah tidak aneh walaupun terjadi bukan dalam skala besar karena tidak mudah untuk mencetak, menerbitkan, dan mengedarkan sembarang konten. Akan tetapi, di dunia Internet, semuanya menjadi lebih mudah, siapa pun tanpa identitas yang jelas dapat membuat domain website dan meng-upload konten tanpa kesulitan dengan potensi pembaca yang sangat luas.

Terdapat tiga bidang yang cukup marak disusupi konten yang berusaha membodohkan masyarakat di Internet, yaitu bidang bisnis,kesehatan, dan politik. Contohnya adalah penipuan (scam/ fraud) yang seolah-olah mengajak Anda bermitra bisnis/ usaha/ investasi dengan menjanjikan keuntungan besar yang ujung-ujungnya target mereka hanyalah uang Anda. Konten seperti ini sering berisi janji surga, berbagai testimoni, atau cerita sukses yang dapat digunakan untuk menyulut ketamakan manusia secara psikologis.

Di dunia kesehatan lebih membahayakan lagi. Katakanlah Anda mencari obat kanker di Internet, Anda akan menemukan banyak informasi produk atau pengobatan yang diklaim dapat menyembuhkan kanker dan penyakit lain tanpa campur tangan medis, seolah-olah di Internet Anda dapat menemukan berbagai obat ajaib. Masyarakat yang kurang awas dapat dengan mudah dibodohkan dengan cara ini.

Bagaimana di dunia politik? Berbagai contohnya masih cukup segar di ingatan karena tahun 2014 ini (tahun saat tulisan ini dibuat – red.) adalah tahun pemilihan presiden di Indonesia yang diwarnai dengan kampanye-kampanye hitam, bahkan saat artikel ini ditulis, beberapa website berita populer, seperti detik.com, kompas.com, dan tempo.co dipalsukan oleh pihak tertentu dengan menggunakan domain yang menyerupai website asli, misalnya, detik.com dipalsukan menjadi detik.com—news.com yang sebenarnya merupakan sub domain yang menampilkan berita provokatif bernuansa politik.

Akan tetapi, berkat Internet juga setiap orang dapat menelusuri sebaik apa kredibilitas dan reputasi sebuah konten. Relatif mudah untuk menelusuri berbagai kasus scam/ fraud dengan bantuan search engine. Kadang dengan intuisi juga sudah tertebak, no easy money. Untuk masalah kesehatan sedikit lebih sulit, terutama jika seseorang  dihadapkan pada beberapa pilihan pengobatan, pilihan mana yang terbaik? Medis atau pengobatan alternatif? Pertimbangan yang rasional dan objektif sangat diperlukan. Lihat bukti yang ada dan jangan hanya melihat apa yang ingin Anda lihat. Katakanlah sebuah pengobatan terbukti berhasil pada 1 pasien, tetapi gagal pada 9 pasien, maka probabilitas keberhasilannya hanyalah 10%. Salah satu referensi adalah The Cochrane Library di www.thecochranelibrary.com.

Di percaturan politik, upaya pembodohan di Internet sering kali memanfaatkan unsur SARA yang memang mudah dijadikan kendaraan untuk memprovokasi, padahal tidak sulit menilai mana sumber berita yang memiliki kredibilitas tinggi dan mana yang tidak. Isi konten itu sendiri juga dapat dinilai. Berita provokatif sering kali mengutamakan penggiringan opini dan tidak mengindahkan kaidah 5 W (Who, What, When, Where, Why) + 1 H (How) yang seharusnya ada dalam jurnalisme dan riset.

Terdapat pula fitur reputation tool yang dapat membantu menilai suatu konten, seperti like/ dislike di Facebook atau YouTube. Konten yang memiliki reputasi buruk dapat dijadikan salah satu acuan bahwa konten tersebut perlu dipertanyakan, “Mengapa mayoritas orang tidak  menyukainya?” Mungkin ini juga salah satu bukti walaupun konten pembodohan marak di Internet, namun penggunanya justru semakin pintar.

Sumber

No comments:

Post a Comment